MEDAN – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi meminta organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam tetap menjadi penegak kebenaran dalam upaya membangun provinsi ke arah yang lebih baik dan membawa kesejahteraan bagi umat. Sebab hal itu adalah langkah dalam memerangi kedzaliman.
Pesan tersebut disampaikan Gubernur pada acara Silaturahmi bersama para Ulama Al-Washliyah di Kantor Pengurus Wilayah Al-Jamiyatul Washliyah (PW AL-Washliyah) Sumut, Jalan SM Raja Medan, Senin (4/9) siang, menjelang berakhirnya masa jabatan periode 2018-2023.
Hadir di antaranya Ketua PW Al-Washliyah Sumut Dr Dedi Iskandar Batubara (DIB), Penasehat PW Al-Washliyah Sumut yang juga Gubernur Sumatera Utara yang ke-15 Dato’ H Syamsul Arifin, Anggota Dewan Fatwa PB Al-Washliyah Ust Tohir Ritonga, Rektor Univa Dr HM Jamil, serta para ulama dan pengurus PW Al-Washliyah Sumut.
Turut mendampingi Gubernur, Kepala BKAD Sumut Ismael Sinaga, Kepala Bappelitbang Hasmirizal Lubis, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Hamdan Sukri Siregar, Kadispora Baharuddin Siagian dan pejabat lainnya.
Dalam sambutannya, Gubernur mengatakan bahwa banyak hal yang menjadi keinginan dirinya selama menjabat, namun belum terlaksana. Tetapi yang menjadi prioritas, terus diupayakan semaksimal mungkin.
Semuanya, berkat dukungan dari masyarakat, khususnya bantuan para ulama dengan membagi wawasan, pemikiran dan motivasi kepada dirinya. Sebab dalam membawa pemerintahan ini berjalan, sangat banyak tantangan dan hambatan yang datang.
“Mungkin banyak yang dzalim di luar sana berkeliaran. Tetapi dengan dukungan para ulama, melalui teriakan Allahuakbar, dapat menerobos kedzaliman itu. Tentunya dengan langkah pasti, sehingga tak ada yang perlu kita takuti di dunia ini. Saya ingin teriakan itu menggema di Sumatera Utara, dan Al-Washliyah yang memotori ini,” jelas Gubernur.
Pada dasarnya kata Gubernur, kekuasaan itu harus bisa digunakan untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat. Sehingga kebanggaan ada adalah ketika dapat membawa generasi menjadi terdidik dan sejahtera. Sebab Sumatera Utara bukan milik Gubernur, tetapi semua orang, terutama anak cucu di masa depan.
“Di akhir jabatan ini, ada rasa emosional, karena tak selesai yang saya inginkan. Banyak hal mungkin terlalu besar keinginan saya. Untuk itu, siapapun Gubernurnya, Al-Washliyah harus berdiri tegak untuk mengiring keberhasilan, kebenaran, dan kesejahteraan. Kalau sejahtera rakyatnya, ibadah ini akan tenang. Dan pastikan Al-Washliyah harus menjadi penegak kebenaran,” pungkasnya.
Senada dengan itu, Ketua PW Al-Washliyah Sumut Dr Dedi Iskandar Batubara juga menyampaikan terimakasih kepada Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi yang memberikan banyak hal bagi keberlangsungan Ormas Islam terbesar di provinsi ini. Baik bantuan berupa materil maupun moril, sangat patut untuk disyukuri. Sehingga hubungan baik antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) dengan Al-Washliyah terus terjalin.
“Saya sengaja meminta para pengurus PW Al-Washliyah Sumut ini berdiri, pertama kami ingin berucap terimakasih kepada Pemprov Sumut, dalam hal ini Gubernur Edy Rahmayadi atas berbagai hal yang kami terima. Baik bantuan langsung pemerintah maupun Pak Gubernur dengan mengikhlaskan beberapa jajaran pemerintahannya untuk membantu kami (menjadi pengurus) di Pengurus Wilayah,” sebut DIB.
DIB meyakinkan Gubernur, kehadiran dirinya bersama para pengurus Al-Washliyah adalah karena komitmen untuk bersama melaksanakan tugas kebaikan. Termasuk keberadaan dan eksistensi organisasi, atas kecintaan semua kepada Al-Washliyah, harokah dan perjuangan, sebagaimana para ulama terdahulu yang telah berjuang sejak sebelum dan berdiri dan berjalannya Al-Jamiyatul Washliyah seperti sekarang ini.
“Yang terakhir Pak Gubernur, banyak hal yang sudah bapak berikan kepada kami. Beberapa situs di kantor PW Al-Washliyah ini adalah jasa Pemprov Sumut. Artinya membuktikan bahwa ormas Islam yang hari ini kita hadir, sungguh punya hubungan kemitraan yang baik dengan pemerintah. Dan kami yakin, pemerintah tidak akan bisa melupakan apa yang sudah Al-Washliyah dengan amal pendidikan, dakwah dan amal sosialnya,” jelas Senator asal Sumut ini.
Kepada Edy Rahmayadi, DIB menilai bahwa tidak ada kata purnawirawan (pensiun) dalam tugas kebaikan. Sebab kata itu menurutnya hanya bisa diberikan kepada mereka yang telah meninggal dunia. Sehingga selama hidup, pengabdian tak boleh berhenti, meskipun berbeda tempat sesuai waktunya.
“Jadi saya setuju, Pak Gubernur hakikatnya tidak pernah purnawirawan. Tidak pernah berhenti dalam melaksanakan tugas. Hanya barangkali besok bergeser tempat saja sementara. Kita juga akan begitu, bisa naik bisa turun. Semuanya berganti, dan tak perlu merasa bahwa apa yang ada hari ini akan berkekalan pada kita, karena semua hakikatnya akan menjadi dan kembali kepada sang Pemiliknya, Allah SWT,” sebut DIB.
Untuk itu, DIB menekankan bahwa kehadiran Edy Rahmayadi maupun Dato’ Syamsul Arifin yang keduanya pernah menjabat Gubernur, bukan karena kekuasaan. Karenanya penasehat itu bukan hanya saat berkuasa saja, tetapi kapanpun tetap menjadi tempat bagi Al-Washliyah meminta nasehat.
“Kekuasaan itu punya Allah, Dia bagi-bagi sama kita. Hari ini kita dikasi kekuasaan, besok diambil-Nya lagi. lusa dikasi lagi ke kita. Kita kerjakan lagi, diambil lagi. besoknya dia serahkan pula kekuasaan itu kepada orang lain, dan kita pula jadi anak buahnya. Semua biasa saja. Dan kami meyakini bahwa Pak Gubernur hari ini diberikan sedikit kekuasaan oleh Allah, kita rasakan manfaatnya luar biasa, terutama Al-Washliyah Sumatera Utara. Apalagi kalau besok kekuasaan itu Allah tingkatkan, atau setidaknya kekuasaan yang sama diberkan, barangkali manfaatnya akan sama kita rasakan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan Pak Gubernur sehat-sehat selalu, sukses dalam mengakhiri masa jabatan, dan insyaAllah kembali Allah berikan kekuasaan untuk kemaslahatan umat,” pungkasnya. (Red)